5:54 pm nat 0 Comments

Jarak ini, Sayang, membentang terlalu jauh.
Menciptakan ruang-ruang kosong di rumah hati yang kita tinggali bersama.
Aku kedinginn jadinya, tidakkah kau lihat?
Ada rindu menyeruak setiap detik, mengais-ngais keberadaanmu seperti seorang pesakitan.
Jangan bergerak. Tinggallah lebih lama, biar hanya sapa yang mampir.
Dan menghangatlah. Sesungguhnya aku pulang setiap kau ingat aku dengan hangatmu itu.

0 comments:

a little thought over a couple days of disappointment.

2:59 pm nat 0 Comments


0 comments:

9:30 am nat 0 Comments

Belum pernah sebelumnya saya sekesal ini sama si E. 
Dulu-dulu saya sering juga kesal karena hal-hal kecil semacam dia ngga bisa bangun pagi, susah diajakin kencan, males-malesan diajakin kuliah, dan sejenisnya. Standar perilaku laki pada umumnya lah.
Tapi sekarang, ketika semuanya mulai membaik--jauh lebih baik dari sebelumnya, another thing start intervening us.
Dia seperti hanya dimiliki keluarganya. Karena memang benar, dia selamanya adalah milik keluarganya dan tidak akan pernah bisa saya memilikinya secara utuh biarpun saya suatu hari nanti sudah jadi istrinya.
Sudah dua kali--termasuk kemarin--ia tiba-tiba diminta pulang untuk mengantar orang rumahnya. Ketika itu ia sedang bersama saya dan berencana mengantarkan saya ke suatu tempat. Saya kesal. Dan itu pasti kentara sekali di permukaan. Tapi siapa saya ingin protes atau menggugatnya? Saya selamanya hanya orang luar, tidak peduli status apapun yang ia sematkan pada saya. 
Keluarganya lebih berhak atas waktu dan hadirnya. Saya tidak.
So what am I gonna do t get rid of this feeling? Stop meeting him for a while? How can I do that? How can he do that? :( 

0 comments: